KIAT MENULIS BUKU BU NORA

 

 

Kulwa (Kuliah via WA kali ini menghadirkan penulis buku jebolan peserta belajar menulis gelombang 8. Kebetulan satu angkatan dengan moderator, Bu Aam. “Saya mengenal Bu Nora saat menjadi peserta gelombang 8. Kami satu kelas dulu. Saat itu saya kurang fokus jadi ditinggalkan oleh Bu Nora, Pak Bambang, Cak Inin, dan teman-teman alumni gelombang 8 lainnya.” Demikian tulis Bu Aam Hasanah, mengantarkan narasumber dengan nama lengkap Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. kelahiran  Kudus, 12 Juni 1989. Saat ini penulis bekerja sebagai pengajar di SMP Negeri 8 Semarang.

“Itulah awal saya mengenal Bu Nora, yang sekarang sudah jadi penulis hebat yang bukunya tembus ke Penerbit Mayor PT Andi Offset. Baik, untuk mengefektifkan waktu, kepada Bunda Nora, silakan memasuki kelas. Terima kasih” demikian sapa Bu Aam selaku moderator mengenalkan dan menyilakan pemateri untuk mengupas masalah penulisan buku.

“Terima kasih kepada Bu Moderator yang hebat Bu Aam, dan Om Jay, Sang Mentor. Sebelum saya sharing sedikit pengalaman menulis saya, saya minta izin sejenak kepada Bapak, Ibu untuk berdoa terkhusus kepada saudara-saudara kita di Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat dan daerah lain yang sedang tertimpa musibah, semoga selalu dalam perlindungan Tuhan YME, diberikan kesehatan, keselamatan, kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi segala musibah yang ada. Dan semoga keadaan segera pulih seperti semula. Aamiiin yra. Bagi bapak ibu yang beragam selain muslim, dapat berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dipersilakan!” Begitu Bu Nora mengawali perkuliahan malam, dengan karakter religiusnya mengawali acara dengan berdoa terlebih dahulu.

“Malam ini saya sedikit sharing tentang Penulisan buku. Awal saya menulis 'lagi' adalah semenjak pandemi, lebih tepatnya mulai bulan April 2020, saya mulai lagi hasrat terpendam saya untuk menulis. Apalagi setelah tergabung ke dalam grup menulis dengan Om Jay dkk. hasrat itu tambah besar. Terhitung hingga akhir tahun 2020 kemarin, Alhamdulillah ada 8 buku yang berhasil tertulis, 4 buku solo dan 4 buku antologi. Sebenarnya, ada beberapa trik yang Bapak,  Ibu dapat gunakan jika ingin memiliki beberapa karya dalam waktu singkat. Selain buku,,ada beberapa karya yang juga terbit di media cetak dan daring.

Pertama mengikuti program menulis antologi atau kolaborasi jika Bapak, Ibu belum pede untuk menulis solo, Bapak, Ibu dapat mengikuti beberapa program menulis antologi ataupun kolaborasi dengan beberapa penulis. Hal ini pula yang saya lakukan, karena selain dapat belajar dari karya penulis lain, kita juga tidak dituntut menulis terlalu banyak bab untuk dijadikan buku.

Kedua menulis setiap hari di blog. Cara ini adalah yang saya lakukan ketika menjadi peserta di gelombang 8, waktu itu materi diberikan setiap malam, dan setelah materi selalu ada resume. Nah, resume tersebut saya tulis satu persatu di blog pribadi saya, hasilnya, jadilah 1 buku berjudul Jurus Jitu menulis dan berprestasi yang merupakan kumpulan resume dari pelatihan bersama Om Jay. Hal ini pula yang konsisten Om Jay lakukan hingga sekarang. Buku karya beliau juga merupakan hasil dari menulis di blog setiap hari. Tulisan dengan TEMA yang SAMA dikumpulkan menjadi satu, untuk kemudian dibuatlah menjadi buku.

Ketiga, menulis di media sosial. Saya yakin peserta di sini ada yang suka membuat status di Facebook atau instagram. Nah arahkan hobi ini untuk menulis sesuatu yang lebih berarti. Misal cerita motivasi, pengalaman pribadi ataupun cerpen, tulis secara konsisten, jika sudah banyak, tinggal jadikan buku deh.

Keempat, menulis buku harian. Nah, buku harian ternyata dapat berbuah karya sebuah buku lho Bapak, Ibu! Cerita pribadi kita, saat kita sedang sedih, bahagia, atau apapun, kita dapat menuangkan rasa itu di buku harian kita. Tinggal nanti ubah cerita ini ke dalam karya fiksi atau pengalaman pribadi, jadikan buku deh!

Kelima, ajak siswa untuk menulis. Bapak,  Ibu di sini sebagian besar berprofesi sebagai guru. Ajaklah siswa Bapak, Ibu untuk ikut berkarya. Caranya, karya dapat dibuat berupa tugas siswa, misal siswa diberikan tugas untuk menulis puisi, cerpen atau pantun, dengan tema tertentu. Lalu bukukan karya tersebut, pasti mereka senang.

Itu adalah beberapa cara yang saya lakukan agar dapat menghasilkan banyak karya dalam waktu yang relatif singkat. Atau juga ajaklah siswa tergabung dalam grup menulis, caranya dengan membuat WA grup menulis dengan siswa, sebarkan info ini ke wali kelas masing-masing, siswa yang tertarik dapat langsung masuk ke grup tersebut. Tentukan tema penulisan, berikan arahan, tinggal buat karya bersama deh! Mudah bukan??  Dan saya sangat yakin, Bapak, Ibu hebat di sini pasti bisa lebih dari itu. Lalu, seperti apa sih cara penulisan buku itu? Ingat jurus TOJTRP dari pak Akbar. Saya belajar banyak dari buku UKTUB karya Bapak Akbar Zainuddin.” Demikian paparan Bu Nora dalam kuliah malam via WA grup belajar menulis.

Bu Moderator menyelang, “Baik, karena sebentar lagi  akan masuk sesi tanya jawab, bagi yang ingin bertanya silakan sertakan nama dan alamat, kirim ke 085710996088. Terima kasih”

Sambil menunggu penanya muncul, Bu Nora meneruskan paparan teknis, “Dalam penulisan buku, pembuatan TOC / outline/ daftar isi merupakan langkah kedua setelah penentuan tema. Tentukan tema buku yang akan ditulis. Outline / TOC/ Daftar isi. Mengapa demikian? Hal ini untuk membantu menjabarkan tiap bab dan sub bab dalam buku. Kita dapat mengetahui awal dan akhir dari buku kita melalui daftar isi ini. Membantu kita dalam mencari referensi / pustaka yang kita butuhkan. Ada beberapa alasan pentingnya pembuatan daftar isi: daftar isi merupakan kerangka pikiran kita dalam menuangkan setiap ide dalam buku yg akan kita tulis. Misal jika kita memiliki 5 bab dalam daftar isi, kita mungkin dapat menargetkan kelima bab ini harus selesai dalam 5 bulan. Berarti 1 bab HARUS selesai dalam 1 bulan. Agar tulisan dalam buku kita lebih terfokus dan tidak sampai keluar bahasan / topik. Dengan cara ini, maka buku kita akan cepat selesai karena kita sudah memiliki target penyelesaian. Yang paling penting, adanya daftar isi ini akan membantu kita untuk menjadwalkan kapan buku kita harus selesai. Dengan kata lain target waktu selesainya buku.

Lalu BAGAIMANA cara membuat daftar isi? Setelah Bapak, Ibu membuat daftar isi baik untuk naskah fiksi atau nonfiksi, kembangkan tulisan dari daftar isi tersebut. Tuliskan sesuai dengan apa yang Bapak, Ibu rancang dalam daftar isi. Untuk naskah nonfiksi, ikuti pedoman 2W+ 1H. Bab awal merupakan bab yang menjawab why, artinya mengapa. Dalam hal ini BAB awal dapat berupa MENGAPA ..... PENTINGNYA .... ALASAN.....Bab selanjutnya menjawab what (apa). Artinya bab tersebut menjelaskan pengertian, jenis, atau mungkin ciri khusus dari apa yang akan kita tulis di buku kita. Sebagai contoh, MENGENAL MEDIA .... APA ITU MEDIA .... SPESIFIKASI MEDIA ...

 

Bab berikutnya yang biasanya merupakan bab akhir, biasanya menjawab how (bagaimana). Nah, untu menjawab how ini, dapat dibuat lebih dari 1 bab karena how meliputi tahap pembuatan, pelaksanaan, penerapan, hasil dan kelebihan serta kekurangan. Misal, PENERAPAN MODEL .... IMPLEMENTASI ….PERANCANGAN.... HUBUNGAN MODEL ....KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL .... Mungkin di tengah jalan, akan ada tambahan daftar isi, hal ini tentunya tidak masalah ASAL tambahan tersebut tidak keluar dari TEMA yang telah ditentukan. Sebelum masuk langkah ketiga,,setelah kita mempunyai TOC / outline tadi, cari REFERENSI untuk mendukung penulisan buku. Baik buku fiksi atau nonfiksi, wajib ada referensi. Beda memang, tapi ini sangat berguna.

Sedangkan untuk NASKAH FIKSI seperti novel,ca ra membuat daftar isi:

1. Tentukan prolog, biasanya pengenalan tokoh, setting cerita, awal cerita. Biasanya di prolog ini belum ada konflik, alur juga belum terlalu terlihat karena masih merupakan bagian awal dari cerita.

2. Tentukan konflik cerita, biasanya di bab-bab pertengahan sudah mulai muncul apa yang menjadikan konflik atau permasalahan dari cerita itu. Ini merupakan bab inti karena di dalamnya ada hikmah yang dapat diambil dari pembaca.

3. Tentukan klimaks dari konflik. Ini biasanya masih ada di bab pertengahan yang merupakan puncak dari konflik yang terjadi.

4. Tentukan solusi dari konflik yang ada. Ini merupakan bagian bab sebelum akhir bab.

Biasanya penulis menyajikan solusi permasalahan dari konflik ya…

Maslah jadwal penting. Jadwal kita tentukan berdasarkan outline yang kita buat, misal kita ingin 1 bulan selesai sementara kita memiliki 5 bab di outline kita, tinggal dibagi saja waktu 1 bulan itu dengan 5 bab. Itu adalah waktu kita menyelesaikan buku 5 Bab dalam 1 bulan.

Beikutnya adalah revisi. Nah, ini nih yang biasanya waktunya paling lama. Setelah semua tulisan selesai hingga bab akhir, lakukan revisi. Revisi dapat dilakukan dengan swaeditinv atau dengan bantuan. Saya biasanya meminta bantuan. Caranya saya minta beberapa teman membaca naskah saya, ini sangat berguna untuk menemukan kesalahan dalam penulisan buku saya. Baik dalam hal EYD, struktur kalimat atau pemilihan kata. Dengan demikian, hasil buku kita akan lebih renyah ketika dibaca. Setelah semua beres, naskah lengkap sudah editing, pelengkap naskah sudah oke, tinggal deh masukkan ke penerbit. Ini Langkah terakhir.  Boleh penerbit mayor atau indie, pasti ada plus minusnya.

 Mungkin cukup sekian dari saya, saya kembalikan kepada Bu moderator yang hebat, Bunda Aam!

Berikutnya, Bu Aam menampung sekitar 15 penanya melalui WA pribadinya, lalu dimunculkan di grup.

Penanya pertama, Miftah dari Demak Jawa Tengah, “Selamat malam, Bu Aam yang baik hati dan Bu Nora yang wow luar biasa! Izin bertanya, terkait judul yang keren "produktif menulis buku" yang mana notabene Bu Nora memiliki basic yang mumpuni, hobi ikut lomba karya ilmiah, dan sebagai pembina ekstra Karya ilmiah. Bagaimana membangkitkan minat untuk menghasilkan buku, kami tidak punya basic seperti bu Nora?  Mohon pencerahannya!”

Langsung Bu Nora merespon pertanyaan pertama ini, “Terimakasih pada Al Miftah yang hebat! Pada dasarnya semua orang pasti bisa menulis, karena dasar dari menulis adalah berbicara dan membaca. Hanya saja keterampilan ini kurang terasah. Kita lebih suka berbicara. Saya yakin, jika kita diminta bercerita sesuatu, pasti akan sangat lancar. Lain halnya ketika hal ini dituangkan dalam bentuk tulisan. Bingung diksi, EYD, struktur kalimat, dan lain sebagainya.  Sebagai awalan, tulislah sesuatu yang kita sukai. Kita suka traveling, ceritakan objek-objek yang kita datangi. Kita suka belanja, review produk-produk yang kita beli, dan lain sebagainya.  Nah ketika menulis, tulis sebebas-bebasnya, lupakan masalah diksi, EYD dan lain-lain. Tulis hingga selesai terlebih dulu, baru deh jika sudah selesai, dibaca berulang-ulang. Pengalaman pribadi pun juga dapat dijadikan tulisan lho! Misal kisah bapak ketika awal pertama mengenal istri, hingga menikah, hingga punya anak. Atau kisah sebagai seorang guru, suka dukanya. Tulis seputar keseharian kita, nanti pasti akan mudah karena kita mengalami sendiri hal tersebut.

Penanya kedua Bu Mutiara, yang menanggapi masalah buku dari tesis. Bu Nora pun langsung merespon, “Terimakasih Bu Mutiara, buku tersebut merupakan buku dari ubahan tesis. tesis saya berfokus pada pengembangan modul berbasis riset. Jadi pembuatan modul sesuai BSNP yang dikolaborasikan dengan pembelajaran berbasis riset. Jadi tidak hanya modul biasa, melainkan modul berbasis riset. Di buku tersebut dijelaskan Bagaimana karakteristik modul berbasis riset, poin apa saja yang perlu dimasukkan ke dalam modul, seperti adanya detektif kimia, adanya lembar kerja mandiri, dll. yang memang disesuaikan dengan karakteristik dari pembelajaran riset itu sendiri. Jadi tidak hanya modul pada umumnya tetapi dikolaborasikan dengan pembelajaran riset.”

Penanya ketiga datang dari Bu Nurus Sholikhah ,dari SMPN 2 Matan Hilir Selatan Ketapang Kalbar, “Bagaimana cara menerbitkan buku antologi bersama siswa? Apakah prosesnya lama? Apa saja syarat-syaratnya? Naskahnya diserahkan kepada siapa kalau sudah jadi?

Dengan sigap pula Bu Nora menjawab, “Cepat lamanya suatu proses penulisan buku tergantung penulis Bu. Maka dari itu kita harus berikan deadline, karena dengan deadline tersebut, semua akan terjadwal sesuai rencana kita. Jika tidak, maka akan molor dan semakin molor yang akhirnya naskah buku tidak pernah selesai. Terimakasih Bu Nurus yang hebat! Untuk buku bersama siswa, proses dari perekrutan siswa-siswa yang gemar menulis tentunya, setelah itu tentukan tema tulisan, untuk buku pertama tema tentang buku pengalaman selama pandemi, dilihat dari sudut pandang sebagai siswa, anak, tetangga dan seorang warga negara tentunya. Lalu minta anak-anak menulis sesuai dengan tema yang ada dengan gaya bahasa mereka  sendiri. Berikan deadline pengumpulan naskah. Lalu edit naskah tersebut agar lebih enak ketika dibaca. Terbitkan deh. Untuk proses penerbitan, saya meminta bantuan penerbit YPTD asuhan pak Thamrin Dahlan dan itu GRATIS hehe... Syarat khusus tidak ada, hanya kirimkan naskah lengkap dengan cover, daftar isi, kata pengantar dan synopsis jika semua sudah lengkap, tinggal kirimkan ke penerbit yang dituju.

Penanya keempat datang dari Mukomuka, Bengkulu, Dwi Rahmiati, “Ingin bertanya kepada Bu Nora yang masyaallah hebat, ilmu yang diberikan sungguh padat Bu! Pertanyaan saya adalah: 1. Bagaimanakah cara kita mengirimkan naskah ke penerbit jika kita ingin menerbitkan buku bersama siswa sedangkan saya tidak memiliki channel untuk bisa komunikasi dengan penerbit? 2.Apakah ada syarat-syarat tertentu agar karya yang kita buat bisa diterbitkan oleh penerbit?”

Walau pertanyaan mirip-mirip sama, Bu Nora tetap merespon dengan antusia, “Terimakasih Bu Dwi yang hebat! 1. Gabung di grup ini sangatlah tepat Bu, yang pastinya nanti akan banyak info tentang penerbit baik penerbit indie ataupun mayor. Ditunggu saja Bu tanggal mainnya. Pasti difasilitasi oleh omJay hehe! Saya pun awalnya sama, buta tentang penerbitan, namun setelah tergabung dalam grup 8, Alhamdulillah banyak kenalan penerbit. 2. Jika penerbit mayor pasti ada syaratnya Bu, setiap naskah yang masuk di penerbit mayor, akan di-review terlebih dahulu. Apakah sesuai atau tidak dengan visi misi penerbit. Dan proses review tidak sebentar. Karena banyak naskah yang masuk yang tentunya akan masuk daftar antre. Namun, jika naskah masuk penerbit indie, meskipun berbayar, namun tidak ada syarat khusus. Selama naskah tersebut layak terbit, akan langsung diterbitkan.”

Sang Moderator menimpali, “Dulu waktu kita gelombang 8, belum ada penerbit gratis YPTD. Sekarang enak ya Bunda. Ada yang gratis”

“Betul Bu Aam, makanya proses buku resume saya lama, karena terlalu banyak hitung-hitungan hihihi!”

Setelah selingan nostalgia, muncul penanya kelima yaitu Nur Aisah dari Madura. ”Pertama kalau tulisan berupa nonfiksi, apa kekuatan utamanya? Bagaimana cara mengatasi mandek ketika menulis? Pernahkah Bu Nora mengalaminya?”

Spontan juga Bu Nora menjawab, “Terimakasih Bu nur Aisah yang hebat! 1. Penentuan tema, carilah tema yang sedang in sekarang ini, seperti kondisi sekarang yang sedang pandemi, buku tentang Covid, pembelajaran jarak jauh, media pembelajaran jarak jauh dan sebagainya pasti banyak dicari dan diminati. 2. Sangat pernah Bu! Ketika hal itu terjadi, biasanya saya mencari referensi lain dengan tema sama. Dapat berupa mendengarkan YouTube, membaca buku tema sejenis, jurnal ataupun ikut-ikutan Webinar. Nah dari situ biasanya terlintas suatu ide, tinggal mengembangkan ide tersebut deh!”

Terus bermunculan penanya berikutnya, dan yang keenam datang dari Mujiatun dari Lampung. “Selama ini saya sering menulis cerpen di blog Kompasiana dan Gurusiana. Pertanyaan saya: 1. Apakah cerpen-cerpen karya saya itu bisa dibukukan? 2. Bagaimanakah cara menjadikannya buku? 3. Mohon penjelasan dan petunjuk Bu Nora sebab saya belum memiliki pengalaman sama sekali tentang hal tersebut.”

Tanggapan Bu Nora, “Terimakasih Bu Mujiatun yang hebat! Sangat bisa Ibu, tinggal kumpulkan cerpen tersebut ke dalam tema yang sama, misal cerpen remaja, atau cerpen horor atau yang lainnya. Jika sudah terkumpul, susun, edit, berikan pelengkap buku yang meliputi judul buku, daftar isi, kata pengantar, sinopsis. Tinggal masukkan penerbit deh!

Berikut penanya dari Ibu Kota, Neneng Haryati, dari Lagoa Koja, Jakarta utara.”Yang ingin saya tanyakan : 1. Bagaimana penulisan buku yang produktif untuk anak-anak sekolah agar bahasanya dipahami & renyah dibaca oleh mereka? 2. Bagaimana membuat outline yang menarik ?”

 “Terimakasih Bu Neneng yang hebat!” demikian sapaan Bu Nora kepada hampir setiap penanya, “Pertama lihat dulu sasaran pembacanya Bu, jika anak usia dini, gunakan bahasa anak-anak, jika usia SMP atau SMA, dapat menggunakan bahasa remaja. Namun, jika buku tersebut merupakan buku ajar, tetaplah menggunakan pemilihan kata yang sesuai BSNP atau kaidah penyusunan buku ajar. Kedua, outline menarik jika tema juga menarik Bun, jadi tentukan dulu tema yang menarik minat baca orang, baru deh tulis outlinenya!”

Penanya kedelapan muncul dari Lebak, Dadang Huzazi dari SMPN 3 Satu Atap Sobang Lebak Banten, “Mohon ilmunya, bahwa membaca dan menulis itu saling berkaitan. Pertanyaannya, membaca seperti apa yang dengan itu kita bisa membuat karya berupa buku.?”

Menyikapi pertanyaan yang kritis, singkat ini, Bu Nora menjawab ramah, “Terimakasih pak Dadang yang hebat! Memang tepat pak, banyak membaca maka akan menjadikan kita lancar menulis. Karena dengan membaca akan semakin memperkaya diksi kita.  Tentunya membaca yang produktif yang dapat menghasilkan sebuah karya. Pilihlah bacaan yang sesuai dengan minat kita, dalami isi bacaan tersebut, jika perlu buat ulasan dari bacaan itu, dari situlah kita akan terbiasa menulis. Karena menulis ulasan, resensi juga merupakan awal dari kebiasaan menulis.”

Penanya kesembilan memperkenalkan diri, “Perkenalkan nama saya Fitria Ratnawati saya berasal dari Gayo Lues Aceh, “Pertanyaan saya adalah bagaimana caranya membuat buku karya ilmiah (Best Partice), langkah apa saja yang harus saya lakukan? Saya ingin sekali membuat buku tersebut namun belum begitu memahami kriterianya bagaimana. Mohon petunjuk dari Ibu!”

Respon singkat Bu Nora, “Terimakasih Bu fitria yang hebat! Ibu dapat berkunjung ke blog saya, di situ terpapar ulasan tentang bagaimana membukukan laporan PTK!”

Tak terasa sampai pada penanya kesepuluh, datang dari Ghurrotus Tsaniyah dari Bondowoso, “Bu jika kita membuat tulisan, seperti jurnal. Referensinya minimal ada berapa? Apa bisa referensinya dari e-book? Bagaimana caranya kita mencari buku yang berkaitan dengan tulisan kita melalui buku digital tersebut?”

“Terimakasih Bu Ghurotus yang hebat! Untuk ketentuan 3 tahun lalu, referensi minimal 3 jurnal internasional, jumlah jurnal nasional atau buku nasional bebas. Sebenarnya semakin banyak referensi maka akan makin baik karya kita. E-book sangat boleh Bu karena buku digital tersebut juga merupakan salah satu publikasi ilmiah. Jika cara yang saya lakukan untuk mendapatkan e-book, ketik tema tulisan, tambahkan pdf di bagian akhirnya. Nanti akan keluar banyak pilihan sumber-sumber dalam bentuk file pdf karena biasanya e-book dibuat dalam bentuk pdf.”

Penanya kesebelas, dari dari priangan, Ati Rohaeti dari Bandung, dengan memberikan aprisiasi, “Luar biasa karya Ibu Nora sangat menginspirasi. Trik Ibu Nora akan saya coba. Penjelasan ini membuat saya optimis untuk bisa menghasilkan minimal dalam waktu yang dekat ini saya bisa membuat satu buku. Meskipun hanya kumpulan resume. Semkin lengkap saja ilmu yang didapat selain paparan ibu nara sumber, juga pertanyaan teman-teman yang digali dari para peserta. Paparan Ibu sangat jelas. Hanya satu pertanyaan saya. Motivasi seperti apa sehingga Ibu Nora bisa menghasilkan 8 karya dalam waktu yang relatif singkat?”

Dengan tetap rendah hati Bu Nora balik mengapresiasi, “Terimakasih Bu Rohaeti yang super hebat! Tetap semangat berkarya Bu! Satu motivasi saya Bu karena ingin berbagi dan bermanfaat untuk sesama. Bukan untuk naik pangkat, karena saya belum ada golongan. Sangat senang jika banyak yang baca karya saya itu adalah kepuasan tersendiri seorang penulis.”

Waktu makin larut malam, muncul penanya kedua belas, Elys dari Jombang-Jawa Timur, “Yang ingin saya tanyakan :

1. Bagaimana caranya agar kita bisa konsisten menulis dalam blog dengan tema yang sama yang ingin kita jadikan buku. Karena kadang hari ini menulis di blog dan besokya kita menulis lagi kadang sudah tidak nyambung. Apakah ada trik tersendiri?

2. Bagaimana caranya ataukah ada aturan-aturan, syarat-syarat tertentu untuk mengubah catatan pribadi kita menjadi cerita fiksi?”

Jawaban Bu Nora, “Terimakasih Bu Elys yang hebat!

1. Moody ya Bu istilahnya hehe….Itu yang saya alami, menulis tergantung mood. Tidak masalah sebenarnya Bu, tulislah sesuai dengan apa yang ada di pikiran dan hati kita. Apa yang kita rasakan, inginkan, harapkan, tuangkan dalam bentuk tulisan. Nantinya jika tulisan di blog sudah banyak, tinggal dikumpulkan ke dalam tema yang sama. Di blog saya ada banyak kumpulan tulisan, tentang resume, tentang curhatan guru di masa pandemi, tentang pembelajaran, dan lain-lain. 2. Tinggal ganti tokohnya saja Bu. Boleh menggunakan kata ganti orang ketiga, ada penambahan tokoh dan lain-lain. Tidak nyambung sebenarnya dengan beberapa postingan saya sebelumnya, namun sayang jika tidak didokumentasikan dalam bentuk tulisan karena materi sangat bagus.”

Penanya berikut adalah Sri Marwaningsih, asal Sragen, “Sebagai penulis pemula apa yangg bisa saya lakukan jika menulis buku Antologi. Kriterianya bagaimana  Bu tulisan buat Antologi, terimakasih!”

Atas pertanyaan Bu Sri, Bu Nora menulis, “Setiap program antologi pasti ada aturan penulisan, baik tema, tata tulis, jumlah halaman naskah, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, saat ini saya sedang menulis antologi dengan Bunda Kanjeng, tema pembelajaran efektif di masa new normal. Aturan maksimal 5 halaman, menceritakan pengalaman mengajar di masa new normal baik berupa metode, model atau teknik-teknik kreatif yang dilakukan pada pembelajaran new normal.”

“Saya Ibu Sutri dari Sidoarjo. ingin bertanya kepada Ibu Nora yang hebat, bagaimana trik jitunya untuk sampai bisa dipilih untuk mengemban  atau melakukan program pendanaan di banyak instansi?” begitu tulisnya.

Bu Nora pun tetap mengapresiasi, “Terimakasih Bu Sutri yang hebat! Nah untuk diterimanya karya tulis saya di beberapa program, pastinya naskah tersebut disesuaikan dengan tata aturan penulisan dari penyelenggara. Dalam hal tema harus sesuai, tata penulisan harus sesuai, semua syarat disesuaikan dengan aturan yang diberikan. Setelah semua syarat dipatuhi, tinggal berdoa Bu, agar juri memberikan skor tinggi pada naskah kita. Oh ya, inovasi haruslah yang sedang in dan mudah untuk dilakukan oleh orang lain jika ingin mengembangkan produk kita!”

“Assalamuallaikum nama Herni Sunarya Banah, alamat Wangon.  izin tanya, bagaimana cara menyeleksi ide - ide untuk dijadikan daftar isi misal satu buku temanya beda misalkan kita buat catatan tentang manajemen dan satu lagi tentang pribadi bisa tidak dijadikan dalam satu buku?”

Menyikapi penanya terkhir ini, Bu Nora tetap semangat dan mengapresiasi, “Terimakasih Pak Herni yang hebat! 1 buku, 1 tema Bapak, jika ada banyak tema, maka akan menjadi banyak buku. 1 tema tersebut bisa menjadi banyak judul. Nah ini dapat menjadi naskah antologi dengan banyak penulis, atau satu penulis membuat kumpulan cerita dengan judul berbeda namun dalam 1 tema yang sama.” *** (Insah, 240121)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GURU PLUS DENGAN TIPS IDOLA

MENULIS BIOGRAFI