SIMBIOSIS PENULIS DAN PENERBIT


Narsum Joko Irawan pada Senin (2/10) memaparkan hubungan antara penulis dan penerbit dengan begitu "mumpuni" sesuai nama kata ketiganya Mumpuni. Hubungan timbal balik atau sisbiosis yang ideal adalah kedua belah bihaknya baik, yakni penulis baik (profesional) dan ketemu penerbit yang baik pula (bonafid, populer, mayor). Dalam kenyataannya, bisa saja satu timpang atau seragam kedua dalam kondisi kurang baik apakah penulisnya yang belum piawai, atau penerbitnya yang belum profesional (bukan hanya masalah baru level indi).




Dalam pelatihannya, Joko seperti Kang Haji Encon menggunakan media rekaman yang menuntut pembelajar untuk menyimak, sambil memperhatikan tayangan power point, menghindari kopi paste. Di sini para peserta diminta merefleksi dan buksn hanya sekadar mengompilasi materi untuk sebuah resume.

Ujung kerja penulis adalah berupa buku. Dalam hal ini Joko mengurai tentang jenis buku agar jadi tawaran bagi calon penulis. Secara garis besar Joko menyebut dua jenis buku yaitu buku teks dan nonteks. Buku itu mulai dari PAUD sampai SMA/K sesuai konten kurikulum yang dikembangkan. Buku teks di perguruan tinggi bisa dipilah lagi menjadi golongan eksakta dan noneksakta. Buku nonteks bisa dibagi lagi dua yaitu jenis fiksi seperti novel, cerpen, puisi, drama dan nonfiksi berupa pengetahuan umum. Nah dalam hal ini Joko menawarkan bagi para peserta untuk memilih mau buku mana yang mau ditulis.

Melihat buku yang sudah terbit dari sisi penulisnya, Joko menyebut ada penulis tunggal (solo), ada juga berupa tim (dua orang lebih). Masalah penulis tim ini ada juga yang melibatkan lembaga seperti kerja sama antarkampus untuk memudahkan distribusi atau pemasarannya. Penerbitan model tim yang dibagi tiap bab untuk satu penulis perlu editor konten serta ada baiknya untuk saling menyemangati sehubungan dengan tenggat waktu.

Selanjutnya Joko menguraikan tentang proses tulis-menulis mulai dari  I won't do it sampai yes I did it.
 
Selanjutnya Joko mengupas tentang minat baca dan budaya baca yang perlu terus ditambah jam terbangnya. Rendah masalah ini dapat dilihat dari keadaan waktu senggang anak kita banyak menonton daripada membaca dan menulis. Demikian kita orang dewasa seperti ibu-ibu di arisan atau bapak-bapak di pos ronda lebih banyak budaya berbicara daripada menulis.

Dalam industri atau penerbitan buku, Joko menjelaskan gambar berikut ini, mulai dari naskah yang ditulis sampai jadi buku.

 

Alur ekosistem penerbitan digambarkan seperti berikut ini yakni dari penulis, penerbit, penyaluar, sampai, ke pembaca. Yang perlu diingat di sini adalah ketika sudah ada buku, di penulis berperan sebagai pembaca baik buku yang ditulisnya sendiri, dengan tim atau murni buku lain yang ia baca sebagai greferensi atau wawasan yang menebalkan niatan untuk menulis kembali.



Untuk memotivasi penulis, Joko menjelaskan slide berikut yaitu kepuasan, reputasi, karier (seperti untuk kensiksn pangkat dan sebagainya), serta finansial berupa royalti dari penerbit. Kalau bukunya baik dan diperlukan pembaca serta terus dicetak, tiap 6 bulan dapat tansferan.



Berikut adalah paparan Joko atas pertanyaan dari peserta :  Masalah ciri naskah buku yang baik adalah meiliki tema tema konten yng sedang trending, untuk mengeceknya bisa dengan Google Trend, bisa dicoba. Nah semasa Pandemi ini memang ada tema-tema yg cenderung mati ada juga yang malah cenderung naik.. 

 Menjawab pertanyaan Asikin WJ dari Kab.Lebak tentang  informasi terkait standar tulisan yang diterima penerbit Andi, supaya sekali mengajukan bisa diterbitakan, Joko memotivasi agar harus punya daya juang yang tinggi. Jangan takut ditolak, Penerbit di Indonesia itu ada 1000 lebih jadi kalau ditolak dsatu penerbit bisa dikirimkan ke penerbit lain. kalau ditolak, perbaiki, ditolak buat lagi... kirim lagi... sampai diterima, seperti dulu mengejar ngejar Ibu Asikin, kelakarnya

Masalah plagiat, Joko menulis, "Jangan takut terjebak ke Plagiasai. Tdak ada naskah buku yang dutulis tanpa referensi buku yang lain, kecuali naskah buku fiski. Selama kita mengikuti gaya selingkung yang berlaku pasti kita tidak akan dituduh sebagai plagiator. MENULIS SATU JUDUL BUKU HANYA DENGAN REFERENSI SATU JUDUL BUKU YANG LAIN DISEBUT PLAGIATOR, TETAPI JIKA MENULIS SATU JUDUL BUKU DENGAN REFERENSI DARI BANYAK JUDUL BUKU YANG LAIN DISEBUT RISET.😄
Masalah penerbit  mayor, Joko menulis," Penerbit mayor kita tidak perlu mengeluarkan modal, tetapi persaingan ketat, sementara di penerbit Indie pasti naskah diterima dan diterbitkan asalkan ada modalnya..

Menjawab pertanyaan Agus Saputro, Bandung tentang cara mencantumkan referensi dr internet ke daftar pustaka. Dalam hal ini Joko menulis, "Boleh mencantumkan referensi dari Internet, informamasi yang wajib ikut dicantumkan adalah alamat situsnya, tanggal, jam, menit, detik saat diambil sebagai ssumber. Saran pilih sumber dari situs2 terpercaya, jangan dari situs2 pribadi."

Selanjutnya masalah kerjasama penerbitan, Joko menyampaikan bahwa seperti kampus harus sudah ada MoU dengan ANDI, apa syarat-syaratnya pada kesempatan lain akan dirimkan/atau  akan dihubungi oleh stafnya yang mengursi MoU kampus.. ANDI adalah anggota IKAPI dan saya sendiri adalah Ketua I IKAPI DIY.


Sebagai refleksi atas paparan Joko Irawan Mumpuni bahwa sebagai penulis perlu terus meningkatkan kompetensi kepenulisannya lalu pandai mendekati penerbit bisa mengikuti trend materi atau tema yang sedang ramai dibicarakan masyarakat pembaca. Jalinan kerjasama atau simbiosis ini perlu terus dibina, sehingga bisa saling menguntungkan. 


Komentar

  1. Alhamdulillaah semangat pak untuk tetap menulis ...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Baik, komentar saya. Pada paragraf 5 dan 6, ada yang sama, yaitu: dimulai dengan Selanjutnya Joko. Mestinya bisa diganti dengan kata yang lain. Sip!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

GREGET MENULIS BU SALAMAH

GURU PLUS DENGAN TIPS IDOLA