INSPIRASI DARI GURU DI 3T





INSPIRASI DARI GURU DI 3T


Malam ini kita akan memasuki minggu terakhir di kelas belajar menulis gelombang 16. Saya Aam Nurhasanah dari Lebak akan memandu jalannya diskusi malam ini. Sedangkan narasumbernya adalah Bapak Khamdan Muhaimin, S.Pd, Gr. Beliau adalah seorang Juara Guru Inspiratif tingkat SMP.

Pak Khamdan langsung menyapa, “Terimakasih malam ini saya diberikan kesempatan oleh Omjay untuk berbagi pengalaman bertugas di daerah terpencil. Saya kenal Omjay lewat group wa Guru SMP Inspiratif  2020, Saya sebenarnya agak minder juga untuk menjadi narasumber karena masih minim prestasi. Tetapi Omjay bilang yang penting mau berbagi itu sudah luar biasa. Dan akhirnya saya bisa bersilaturahim dan berbagi pengalaman dengan Bapak/Ibu Guru Hebat...”

Selanjutnya mengalir tulisan beliau, “Perkenalkan nama saya Khamdan Muhaimin, S.Pd, Gr. Saya Bertugas di SMPN 5 Sambi Rampas Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT. Tetapi saya asli Banjarnegara, Jawa Tengah. Saya bertugas di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal). Tentu Bapak/Ibu sudah bisa membayangkan kondisi daerah terpencil. Saya bercerita sedikit tentang kondisi di tempat saya. Di tempat saya tugas tidak ada listrik, air susah, mata pencaharian orang tua berkebun yang hasil panenya satu tahun satu kali, menuju ibu kota kab. 4 jam. Jadi kalo mau makan bakso ya ke kota dulu heheh… tapi semua itu saya nikmati karena dengan menikmati dan mensyukuri proses kehidupan ini semua terasa ringan. Bertugas di daerah terpencil sejak tahun 2015 sampai sekarang.

Bapak/Ibu yang saya hormati, saya mulai menulis tahun 2016. Menulis tentang berbagai  tantangan dan solusi menjadi pendidik di daerah 3T. Pertama kali menulis langsung membawakan saya menjadi finalis (10 ) besar kegiatan Simposium GTK 2016 di Jakarta yang diselenggarakan oleh Kemdikbud RI. Saya menulis karena saya ingin pendidikan di daerah khusus atau daerah terpencil yang masih serba kekurangan dari berbagai akses dapat diperhatikan oleh pemerintah. Dan saya berharap dengan menulis tentang perjalanan atau tantangan bertugas di daerah 3T dapat memotivasi para guru yang berjuang di garis depan daerah terpencil supaya para pendidik semangat  berinovasi dan  menginspirasi di walaupun di daerah terpencil. Prestasi terakhir kemarin dinobatkan menjadi Guru SMP Inspiratif Tingkat Nasional 2020 yang diselenggarakkan oleh Dirjen GTK Kemdikbud di Hotel Serpong, Tangsel. Semoga berikutnya Bapak/Ibu hebat akan mendapatkan apresiasi. Aamiiin.

Yang saya sampaikan adalah sedikit dari apa yang saya lakukan, saya yakin di sini pasti banyak guru hebat yang terus berjuang demi kemajuan pendidikan di Indonesia khususnya di daerah 3T. Salam dari NTT. Terimaksih .Wassalamualaikum Warahmatulllahi Wabarokatuh, selamat malam!”

Moderator Aam membuka sesi tanya jawab dan langsung menyambar kesempatan sebagai penanya pertama, Didi dari Serang, “Mohon izin bertanya:

1. Apa yang mendasari/motivasi sehingga mau menjadi guru di daerah 3T?

2. Apa susahnya menjadi guru di daerah 3T selain kendala fasilitas?

3. Kepuasan apa yang diperoleh saat mengajar di daerah 3T?

4. Dengan keterbatasan yang ada ada terus utama fasilitas yang tidak mendukung. bagaimana agar tetap bisa menghasilkan sebuah tulisan yang berkualitas?”

Menjawab 4 berondongan pertanyaan dari Serang, Khamdan dengan tenang menulis, “ 1. Karena saya mempunyai jiwa perantau yang tinggi dan saya mengikuti program SM3T yang diselenggarakan oleh kemdikbud RI.

2. Kalau susahnya ada jauh dengan keluarga Pak, itu yang berat.

3. Saya merasa puas Pak dan lega jika bisa membantu siswa/warga yang betul-betul membutuhkan layanan Pendidikan.

4. Selama kita ada niat dan kemauan yang kuat tidak mudah menyerah pasti ada jalan Pak untuk tetap menulis berkualitas.Terima kasih.”


Menyusul penanya kedua datang Bli Made dari Bali, “Saya bangga dan salut dengan pengabdian Pak Khamdan yang siap dan bersedia bertugas di 3T, yang sudah pasti penuh dengan keterbatasan. Apa yang Bapak lakukan untuk tetap bersemangat dan termotivasi dengan segala keterbatasan yang ada di daerah 3T?  Bagaimana Pak Khamdan keluar dari segala kesulitan tugas di 3T sehingga mendapat Penghargaan Guru Inspiratif Nasional 2020?”


Langsung ditanggapi, “Terimaksih pak Bli, yang membuat saya semangat dalam mengabdi adalah karena tadi ya saya sudah biasa merantau dan mengabdi di daerah 3T, kemudian kecintaan saya terhadap NKRI karena kita disumpah siap ditempatkan di seluruh wilayah NKRI dan pengabdian yang tulus akan dibalas oleh Tuhan. Saya melakukan berbagai kegiatan di bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan di daerah 3T, salah satu contoh adalah membuat rumah belajar di rumah, karena anak-anak selesai sekolah, langsung ke kebun pulang malam terus tidur, sehingga tidak ada waktu untuk belajar, maka saya mendirikan rumah belajar, untuk anak-anak belajar membaca buku, les matematika, akses internet gratis, latihan laptop dan lain-lain.

Selain itu saya menjadi relawan pendidikan di daerah 3T, membagikan buku tulis, buku bacaan, flasdisk pembelajaran, seragam sekolah.

Di masa pandemi ini anak-anak dan masyarakat tidak bisa mencuci tangan , karena akses air sulit maka saya membuat 4 bak penampung air dan 2 sumber mata air. Donatur berasal dari teman-teman di Jawa.”

Berikut ada kiriman foto-kegiatannya:

 

Rumah tempat tinggal Pak Khamdan, begitu asri-alami, di lereng bukit nan hijau jauh dari polusi.

 

Pak Khamdan melatih anak-anak di daerah yang terisolir untuk mengenal laptop, berselancar di dunia maya yang sebelumnya tidak pernah mereka alami. “Setiap sore bahkan malam saya harus mengajari anak-anak menggunakan laptop karena memang di sekolah tidak ada komputer dan laptop” tulisnya. 

 

Para siswa asyik berlajar sesuai dengan kegemarannya, siapa tahu benih yang disemai Pak Khamdan pada anak-anak di 3T itu menumbuhkan pemimpin untuk memajukan daerahnya di masa yang akan datang. 

 

Belajar di alam terbuka lebih asri, dengan pendekatan yang lebih familier dibanding situasi di kelas yang terasa formal seperti ada jarak antara guru dengan murid. 

 

Kegiatan membaca dengan buaian AC alami akan terasa nyaman, mampu duduk (bahkan berjongkok berjam-jam) menikmati bahan bacaan karena oksigen yang gratis itu bisa dengan leluasa dihirup menambah kesyahduan dalam program literasi nasional yang tengah digiatkan akhir-akhir ini. 


 

Melukis pemandangan merupakan gerakan meniru atau menggambarkan alam yang memang sudah indah. Rumah Pak Khamdan pun mereka gambar, di samping hijaunya pepohonan, indahnya perbukitan yang menyatu dengan langit serta awannya. 


 

Semangat merah-putih menjalar dari bendera yang dikibarkan masuk ke dada putra-putri di daerah 3T dimulai dari belajar di rumah belajar yang diasuh Pak Khamdan dengan tema yang diusungnya adalah “Garis Inspirasi”, “Guru Garis Depan”

 

Belajar bukan hanya di dalam ruangan dengan seragam yang formal, di luar kelas pun jadi dengan situasi yang informal yang penting pelajaran bisa diserap dan bermakna. Pak Khamdan tengah mengajarkan Mas PPK. 


 

Dalam kolase gambar ini jelas Pak Khamdan ingin mengajak anak-anak SMP 5 Sambi Rampas ini untuk merebut informasi di luar lingkungannya karena selama ini terampas oleh keadaan yang 3T itu.

Setelah paparan yang begitu jelas dan seakan membawa kita ke daerah yang begitu asri alami, datanglah atensi dari peserta kelas belajar menulis. Kesempatan pertama muncul Heni dari Pemkot Tangerang, “Alhamdulillah saya dapAt juga nih narasumber guru BK (kebetulan saya dari BK Pak). 

1. Sekilas melihat foto sepertinya peserta didiknya masih usia SD, jadi bapak tetap menjadi Guru BK atau guru kelas?

2. Bapak menjadi guru Inspiratif di tingkat SMP ini sebagai guru BK atau karena mengangkat pendidikan di daerah tertinggal?

3. Bagaimana dengan permasalahan peserta didik di daerah tertinggal dari segi BK-nya Pak, bukan dari sosialgeografinya, karena pengalaman di sini kenakalan anak memegang rekor, maaf jadi curhat sendiri.”

Langsung sigap Pak Khamdan menulis, “ Terima kasih Bu Heni, 

1. Akses rumah belajar di lingkungan masyarakat  untuk anak-anak SD, SMP dan SMA. Saya bermain peran ganda Bu, bahkan saya pernah BK, IPS, seni budaya dan Agama Islam, karena memang kekurangan guru, banyak guru yang mutasi ke kota, paling lama 1 tahun di tempat kami mengabdi setelah itu mereka pindah.

2. Saya dua-duannya Bu, kemarin saya ambil tema pendidikan dan sosial kemasyarkatan di daerah 3T.

3. Layanan di derah 3T tetap kami laksanakan setelah melakukan asesmen Bu, kenakalan di sini tergolong ringan, tidak ada kenalakan berat, bidang bimbingan belajr di sini lebih ditekankan, saya bisa membedakan karena sebelum ke sini saya juga sudah pernah mengajar di SMK di Jawa.”


Penanya lain langsung terpanggil, kini datang dari Emidarwati dari SMP Excellent Nurul Ikhlas,Tanah Datar, Sumbar, “Salam sehat selalu buat kekuarga! Selamat kepada Pak Khamdan Nuhaimin atas perjuangan dan prestasinya yang mengajar di Daerah 3T. 

1. Apa motivasi Bapak bisa betah dan bertahan mengajar di daerah 3T, dan bisa meraih prestasi?

2. Boleh berbagi bagaimana kisah awal Bapak bisa membuat rumah belajar?

3. Apa saran Bapak kpd teman-teman  yang juga terkadang mengajar di daerah 3T,  rata-rata 3-5 tahun sudah ingin pindah?

Jawaban lewat tulisan Pak Khamdan, “Terimaksih Bu Emi, 

1. Mohon maaf ya Bu Emi tadi sudah jawab ya Bu!

2. Saya datang ke tempat tugas melihat kondisi anak-anak yg tidak pernah belajar, tidak bisa laptop, tidak bisa internet, membuat saya terenyuh, apa kita saja (permisi) orang yang berada di perkotaan yang bisa maju maka saya membuat rumah belajar sebagai rumah kedua untuk anak-anak bermain dan belajar. Karena mereka membutuhkan itu di masanya bukan untuk bekerja. Pelan-pelan saya buat proposal pengajuan buku bacaan, buku tulis, alat permainan dan lain-lain, alhamdulillah terjawab, tetapi jika ada kriman buku saya harus mengambil 6 jam pulang pergi ke kantor pos.

3. Saran saya jika mereka ingin pindah ke kota, lihatlah wajah anak-anak yang masih membutuhkan kita. Dan pemerintah daerah juga harus membuat regulasi supaya ada batas minimal mengbdi di daerah 3T. Di daerah 3T itu banyak sekali tantangan yang harus dihadapi tidak hanya di lingkungan sekolah, di lingkungan masyarkat kita harus peka terhadap masalah yang dihadapi masyarkat dan kalau kita bisa membantu maka bantulah. Orang-orang di daerah 3T harus mempunyai, effort yg kuat, solutif dan tidak mudah menyerah. Kalau saya kemarin menyerah dalam membuat naskah apreasi guru inspiratif, mungkin saya bisa gagal. Sedikit cerita, sebelum mendapatkan apresiasi  Guru Inspiratif ini  ini saya membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam pulang pergi, untuk menulis naskah apresiasi ini dan harus di kota yang stabil listriknya dan stabil sinyalnya. Hari berikutnya saya juga harus memperesentasikan karya di depan dewan juri saya juga harus ke kota lagi. Maka dibutuhkan effort yang kuat. Di lingkungan sekolah saya membuat gebrakan untuk pertama kali di Kab. Manggarai Timur membuat ujian offline pertama kali di daerah 3T dan pemilihan ketua OSIS offline menggunakan tablet bantuan Kemdikbud sebanyak 27 tablet, laptop, lCD dan PC, bagi Bapak/Ibu mungkin biasa tapi bagi kami di sini istimewa. karena dengan berbagai kendala kita bisa menyelesaikannya perlahan-lahan”


Penanya berikutnya langsung memperkenalkan diri, “Salam kenal Pak. Luar biasa. Saya Hesty, saya juga dari NTT saya asli orang Alor. Sekarang sudah menetap di NTB. Saya mau bertanya. Apa saja yang menjadi persyaratan untuk menjadi guru inspiratif? Apa harus punya karya, atau punya mode pembelajaran yang unik? 

Spontan juga Pak Khamdan menjawab lewat tulisannya, “ Terimakasih Bu Hesti..salam kenal.

1. Iya Bu Hesti ada persyaratannya dari administasi sampai  deskripsi karya kita yang sudah dilakukan, deskripsi saat ini dan deskripsi yang akan datang. Biasanya ada panduanya Bu dari Kemdikbud RI karya yang saya tampilkan adalah yang sudah saya lakukan sejak 2016 sampai sekarang. Buatlah karya yang inovatif dan buat karya yang dapat menginspirasi. Terimaksih.”

Pertanyaan terus berdatangan karena penasaran ingin menggali labih jauh tentang 3T, “Assalamu'alaikum Pak Khamdan dan Bu Aam. Salam ngapak Pak, saya Suyati dari Purbalingga, tetangga kabupaten. Izin bertanya:

1. Kira-kira potensi apa yang dapat digali dari daerah 3T terutama dari bidang pendidikan. Foto-foto yang ditampilkan mengingatkan saya pada film Laskar Pelangi.

2. Bagaimana mengatasi kendala yang ada di daerah 3T sebagai seorang guru?” 

Dengan rasa bangga karena ada tetangga kabupaten di Jawa, Pak Khamdan menulis, “Terima kasih bu Suyati, 

1. Potensi yang dapat di gali adalah sumber daya manusia nya Bu, sebenarnya mereka bisa dan ada juga yang mempunyai kemauan tinggi untuk belajar, tetapi sekali lagi kendala berbagai akses yang menghambat. 

Contoh Bapak/Ibu, saya pernah berkunjung ke suatu kampung, di situ tidak ada sarjananya, karena apa, mereka sulit untuk mengakses kemudahan-kemudahan dalam pendidikan. Mereka sibuk memikirkan bagimana kita bisa bertahan hidup. Tugas kitalah memberikan pencerahan tentang pendidikan supaya mereka menjadi manusia yang berkualiatas. Iya Bu itu foto saya di sana. 

2. Kendala saya hadapi dengan effort yang kuat Bu, jangan mudah menyerah. Kalau ada 1 cara  belum berhasil, masih ada 1000 cara untuk menyekesaikannya.Terimakasih.

Datang penanya ke-7, “Salam kenal Pak Khamdan, luar biasa dedikasinya, salut. Saya Nana Wihana,  dari Majalengka, Jabar. Bu Aam yang super sekali dan Om Jay bersama keluaraga semoga lekas sembuh, Aamiin yra.

Mohon izin bertanya Pak, 

1. Apa yang memotivasi Pak Khamdan mengajar di 3T?

2. Bagaimana cerita awal Pak Khamdan mengajar di 3T?

3. Ada tidak keinginan untuk mengabdi di kota kelahiran tercinta?

4. Apa cita2 ke depan selanjutnya?

5. Di poto tampak anak-anak bergerombol, apa tidak BDR mengingat rentan dengan Covid-19?

6. Di sana tinggal di rumah dinas apa bagaimana, sehingga kegiatan menulis tetap berjalan aktif walaupun serba keterbatasan Sapras?”

Karena sudah larut malam, Sang Moderator mengingatkan, “Setelah menjawab pertanyaan 7, silakan dilanjut kalimat penutup yah Pak!”

“Terimakasih Bu Nana,

1. Sudah saya jawab ya Bu.

2. Saya mengikuti program 3T sejak 2012.

3. Pasti ada Bu tetapi selesaikan dulu pengabdiannya di sini dulu karena dari pusat, boleh mengajukan mutasi jika sudah 5 tahun mengabdi kalau dari daerah lain lagi. Dan alhamdulilah saya sudah 5 tahun. 

4. Cita-cita ke depan semoga bisa di daerah kami ada listrik.

5. Itu foto lama Bu, kami zona hijau jadi menggunakan shif.

6. Saya kontrak bu, menggunakan rumah warga, bayar setiap tahunnya.

Bapak/Ibu hebat dan moderator, demikianlah apa yang bisa saya bagikan pengalaman menjadi guru di daerah 3T, semoga Bapak/Ibu yang berada di perkotaan dengan segala kemudahan yang bisa didapatkan dapat berinovasi dan meginspirasi orang lain. Dan yang berada di daerah 3T tetap semangat apapun kendalanya, cari jalan, jalan 1 tidak bisa masih ada 1000 jalan! Saya undur diri mohon maaf jika ada pertanyaan yang belum terjawab, atau ada kata-kata yang salah mohon dimaafkan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, selamat malam!”

Sang moderator pun mengakhiri pertemuan dengan menulis, “Terima kasih atas pengalaman yang bapak bagikan malam ini, sungguh luar biasa! Pasti mengajar di daerah 3T memiliki tantangan tersendiri. Sangat menginspirasi sekali kisah Bapak semoga dapat memotivasi peserta untuk terus belajar mengabdi pada negeri.

Malam ini sungguh luar biasa. Minggu terakhir ini, kelas akan diadakan 4 kali. Senin, Selasa, Rabu dan penutupan hari Jumat. Semangat buat peserta yang sedang menyusun naskah bukunya. Semangat juga buat peserta yang sedang berjuang mengumpulkan 20 resume!*** (Insah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GREGET MENULIS BU SALAMAH

GURU PLUS DENGAN TIPS IDOLA