PENULIS MUDA YANG BERBAKAT DAN MEMIKAT

 


            Penulis belia kelahiran tahun 1990 bernama Ditta Widya Utami sudah banyak menghasilkan karya. Buku yang; sudah terbit baik antologi maupun solo sudah banyak beredar. Hal yang menarik dari pelatihan ini adalah antara narasumber dan moderator. Biasanya dalam Diklat yang bertindak sebagai Narsum sudah senior  Bu Kanjeng, ini seakan terbalik, pemateri begitu muda. 

     Coba lihat ungkapannya, *Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki.*_ Sebutir pasir yang banyak dijumpa, ~ Ditta Widya Utami ~

         Bu guru muda yang cantik ini, menyapa peserta pelatihan dengan ramah sekaligus merendah," Bapak dan Ibu yang berbahagia, saya yakin di grup ini banyak sekali yang telah menorehkan prestasi baik di bidang kepenulisan maupun profesional. Saya, hanya sebutir pasir yang banyak dijumpa. Masih harus banyak belajar dan belajar banyak.

          Berbagi adalah salah satu cara ampuh untuk belajar. Oleh karena itu, saya sungguh berbahagia bisa berbagi bersama Bapak dan Ibu semua. Berikut adalah profil singkat saya :https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1"

Selain blog, Dita juga membagi instagramnya, yaitu 
https://www.instagram.com/dittawidyautami/
serta channel YouTube *ditta widya utami*
http://www.youtube.com/dittawidyautami

         Selanjutnya Ibu muda dari Subang ini mulai berbagi materi menganai ilwal menulis dan menerbitkan buku. "Ada 2 hal yang ingin saya sharing bersama Bapak dan Ibu hebat kali ini, yaitu terkait menulis dan menerbitkan buku.
*Bagaimana Memulai Menulis*

         Semua mungkin sepakat bahwa menulis tak bisa lepas dari keseharian kita. Setiap hari, mungkin kita terbiasa menulis balasan chat di media sosial. Menulis jurnal harian mengajar. Menulis feedback untuk tugas siswa. dsb.

         Tapi, ketika harus menulis buku. Menulis di blog. Rasanya seperti berlari sprin yang tiba-tiba menghantam tembok. Atau bertinju yang tiba-tiba KO. Atau bermain catur yang langsung skakmat.

       Entah apa yang terjadi, seolah semua ide lenyap begitu saja. Tangan tiba-tiba tak bisa menulis. Bahkan lidah pun terasa kelu. Tenang Bapak/Ibu. Saya pun pernah mengalaminya 
Lalu, bagiamana cara mengatasi hal tersebut?

          Dita Sang guru IPA lagi belia ini memberi jurus atau tips sebagai berikut:
      A. Tips yang pernah saya lakukan dan mungkin bisa diterapkan pula oleh Bapak dan Ibu, yaitu :
1. Ikut kelas menulis
2. Ikut komunitas menulis
3. Ikut lomba menulis
4. Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita
5. Menulis apa saja yang kita suka

           B. Tips kedua yaitu ikut komunitas menulis juga dirasa perlu. Karena dalam komunitas itulah kita bisa berbagi tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah.

Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Terlepas apakah komunitas tersebut dibuat khusus untuk guru ataupun umum.
         C. Tips yang ketiga adalah ikut lomba. Ini cocok bagi siapa pun yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita bisa belajar membuat tulisan dengan berbagai tema dalam waktu yang tentunya sudah terjadwal. Saya juga pernah sekali dua kali mencoba, alhamdulillah belum menjadi juara. Hehe, tapi justru dari situ kita akan sadar dimana letak kekurangan kita. Sehingga dikemudian hari, kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik.
          D. Tips berikutnya jika masih merasa sulit menulis adalah tulis saja apa yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Dulu saat menjadi binaan Omjay di Kelas Menulis Gelombang 7, Omjay rutin mengirim foto setiap hari untuk diubah menjadi tulisan.

            Ada foto ketoprak, gorengan, kucing, rempeyek, wah macem-macem! Pokoknya dari foto itu harus jadi tulisan minimal 3 paragraf. Seru dan sekaligus membuktikan bahwa memang benar apa saja yang ada di sekitar kita bisa kita ubah menjadi tulisan loh!

      Jikalau belum mempan, mari buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari. Itu pun tak apa. Yang penting nulis agar kemampuan kita semakin terasah.

Misalnya tulis saja kisah mencari tanaman keladi putih di hutan demi gratisan atau untuk istri tercinta atau saat hiking dsb.
            E. Tips kelima yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya bakal awet . Bapak/Ibu senang berkebun (lagi booming lagi nih ya menanam bunga), silakan tulis tentang berkebun. Bapak/Ibu senang memasak? Silakan berbagi dengan jenis teks prosedural resep memasak, dsb.

Pokoknya tulis apa yang kita suka dan kita kuasai.

*Menulis buku solo atau kolaborasi?*

      Nah kalau menulisnya sudah dilakukan dan dirutinkan, tinggal naik tahap deh. Yuk terbitkan bukunya.

        Kumpulan tulisan kita di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau hp bisa kita bukukan loh. Banyak alumni menulis bersama Omjay yang sudah membuktikan.

        Senang sekali rasanya melihat satu per satu semakin banyak yang membuahkan karya tulis dalam bentuk buku. 

Tapi, mending menulis buku solo atau kolaborasi ya?
              *Harus menulis di mana?*

          Ketika ingin menulis, tentu kita butuh medianya. Bagi saya, menulis itu bisa kita lakukan di :
Blog
Buku harian
HP/Laptop
atau platform menulis online seperti wattpad dan storial

            Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis. Menulis dimana saja yang penting rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari, seminggu, sebulan, dst.

    Ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi tentunya. Misal dari tema dan waktu untuk buku solo tentu kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau beresnya. Apakah seminggu, sebulan, menahun?Sedangkan jika menulis bersama, tentu tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun sesuai yang dijadwalkan. Enaknya kalau kolaborasi dan kita jadi peserta itu, prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dll tentu harus diurus secara mandiri.

       Begitu pula dengan biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah. Walaupun buku yang dicetak umumnya sesuai jumlah peserta saja (tapi tak jarang ada juga yang dicetak banyak terutama bila diterbitkan di penerbit mayor).

         Setiap ada kejadian unik, atau meminjam istilah Munif Chatib yaitu "momen spesial", segera saya catat.

      Karena saya basicnya lebih senang tulisan fiksi, maka saat ada kesempatan, saya tuangkan dalam bentuk cerpen.

           Berikut ada dialog lewat tulisan dari beberapa penanya dan jawabannya sebagai berikut:
Penanya pertama dari Bu Aam Nurhasanah, Lebak, yang biasanya sebagai moderator, sekarang bertanya yaitu:
1. Adakah kita khusus untuk konsisten produktif  menulis?
2. Bagaimana mengusir rasa malas saat hendak menulis?
3. Coba ceritakan kisah ibu tentang menulis buku dengan kolaborasi Prof. Ekoji.

           Menjawab pertanyaan Bu Aam Dita menulis, "Untuk konsisten produktif menulis, biasanya saya terapkan 5 hal itu! Cari aaaaapa saja yang bisa ditulis. Walau hanya 1 paragraf. Di tulisnya bisa di berbagai media yang telah saya sebutkan. Bahkan di status WA sekalipun. Namun niatkan, agar tulisan kita bermanfaat bagi orang lain. Kecuali seperti diary, biasanya pengalaman sehari-hari saya tulis agar saya ingat seperti apa Ditta di masa lalu sebagai bahan evaluasi diri.

       Pas waktunya berarti ya, sekalian menjawab pertanyaan dari Bunda Hebat dari Lebak.
2. Untuk mengusir rasa malas, biasanya saya merefresh otak dan hati terlebih dahulu. Bisa dengan melakukan hal yang kita sukai. Atau membaca beberapa buku ringan dan menghibur.

        Bu Min Hermina dari SMPN 1 Cikampek Karawang bertanya:
1. Bagaimana cara menjaga mood agar tidak malas menulis?
2. Bagaimana cara menyusun tulisan yang terserak di file laptop untuk dijadikan buku?
3. Adakah rekomendasi dari ibu terkait penerbit yg mau menerbitkan buku dg murah, cepat dan bagus ?
        Menjawab pertanyaan ini, Dita menulis sebagai berikut:
1. Menjaga mood agar tidak malas menulis itu mudah. Tinggal ubah mood kita jadi Heppi cara paling mudah mengembalikan mood adalah dengan tersenyum.  Ambillah sebuah cermin, lalu tersenyumlah. Lihat betapa cantiknya Ibu. Betapa luar biasanya ibu. Betapa Tuhan telah menganugerahkan kita akal dan tangan untuk menulis. Jadi, mengapa tidak menulis sekarang? 

2. Kumpulkan sesuai tema. Bisa dalam bentuk folder atau file. Misal buku solo pertama saya. Saya sudah siapkan folder khusus berjudul "Buku Ditta". Di dalamnya ada subfolder dan subfile berjudul Buku 1 .... Buku 2 ... dst
            Ini mungkin penerbit indie ya. Banyak Bu, saya tidak akan sebutkan satu-persatu. Tapi tips dari saya kalau bisa yang dekat dengan domisili agar lebih mudah dan cepat saat nanti proses pengiriman buku.
Minimal 50-70 hlm kan sudah bisa cetak tuh.

Penanya yang cukup jauh yakni Pak Kainan Punuf dari NTT.  Pertanyaan tertulisnya adalah " Salah satu tips menjadi seorang penulis adalah bergabung dg kelas menulis seperti ini atau komunitas2 menulis, ikut lomba menulis.  Kami di NTT, untuk mncari komunitas seperti itu agak repot sementara kami adalah pemula dalam hal tulis menulis sehingga utk ikut lomba2 juga kecuali online saja. menurut ibu, apa yang harus saya lakukan utk mengatasi hal tersebut sementara saya lebih senang dibimbing secara langsung Bu. Terimakasih"

Jawaban tertulis Ditta adalah " 
Saya yakin di NTT banyak guru yang berprestasi dalam dunia literasi dan tulis menulis.
Bila lebih senang dibimbing secara langsung, maka baiknya kita cari kenalan yang senang menulis. Atau, ayo buat komunitas menulis di NTT dan Pak Kainan menjadi ketuanya! Pelopor, penggerak guru menulis NTT seperti Bu Kanjeng dan Omjay yang senantiasa menginspirasi.

Dari wadah yang dibentuk, bisa dihadirkan pemateri pemateri dan akhirnya bisa belajar langsung dari narasumbernya.

Boleh juga usulkan di sekolah atau komunitas MGMP misalnya untuk sesekali diadakan latihan menulis (jika kondisi sudah memungkinkan)

Penanya berikut masih dari Lebak, seorang Kepala Sekolah juga yakni Bu Tini Sumartini, yang menanyakan seputar kegiatan literasi yang dilakukan dan mengatasi kendalanya.

Ditta punya pengalaman, bermula dari program west Java leader's reading challenge (wjlrc) Ditta aktif di literasi sekolah. Mulai dari menghidupkan kembali perpustakaan yang sempat mati suri, Ditta mendata ulang data perpustakaan. Setelah itu  lalu membuat jadwal literasi. Menyusun program, mengevaluasi. Ditta senang ketika membuat jadwal literasi guru, ternyata disambut baik kepala sekolah saat itu. Jadi, tak hanya siswa, saat kegiatan readathon (membaca bersama-sama selama ±40 menit), ada guru dan siswa yang presentasi tentang apa yg telah dibaca.

Betul bahwa Ditta ikut mengembangkan literasi di sekolah. Salah satunya Ditta tuangkan dalam bentuk mini best practice di buku kolaborasi ini.

Lelaki di Ladang Tebu adalah buku solo pertama Ditta. Ditulis dengan penuh cinta karena berisi kumpulan kisah yang terinspirasi dari anak didiknya.***


Komentar

  1. Wuih manteppp ... Alhamdulillah. Terima kasih telah membuat resumenya 😊🙏🏻

    BalasHapus
  2. Resume cukup lengkap dan menarik, kalau boleh sedikit masukan, ada beberapa paragraf yang belum rapi, jika dirapikan akan lebih eyecathing. Terus semangat

    BalasHapus
  3. Kereen pak resumenya... yuk kita sukses bersama..

    BalasHapus
  4. Sudah oke,, ada yg kurang pas tentang tulisan Trik A mencakup lima trik,,, trik BCDE merupakan penjelasan dari trikA,,, lebih pas jika dimasukkan langsung di tiap bagian di trik A,,, sukses selalu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

GREGET MENULIS BU SALAMAH

GURU PLUS DENGAN TIPS IDOLA