MENULIS BIOGRAFI
Kulwa (Kuliah menulis via WA) kali ini kembali diantarkan oleh Omjay di tengah pergulatan melawan virus yang masih mewabah. Ada hikmah dengan karantina mandirinya, lebih banyak waktu untuk menulis. Omjay memulai menulis, “Malam ini kita akan mendapatkan pencerahan dari seorang kepala sekolah di Magetan, Bapak Suparno, Penulis akan berbagi ilmu dan pengalamannya kepada kita malam ini dengan moderator Ibu Aam Hasanah Cipanas dari Lebak Banten.”
Langsung moderator yang juga sebagai kepala sekolah ini menyapa ramah para peserta dengan menulis, “Selamat malam Bapak Ibu Guru Hebat di seluruh tanah air. Malam ini kita akan berbagi ilmu dengan kepala sekolah berprestasi yaitu Bapak Suparno, S.Pd., M.Pd. Beliau adalah jebolan alumni kelas belajar menulis Omjay gelombang ke-3. Alhamdulillah, kesehatan Omjay sudah mendingan dan bisa membuka kelas ini dengan semangat. Senang sekali Omjay bisa bergabung dengan kita semua. Semoga Omjay dan Bu Kanjeng yang saat ini sedang sakit typus, cepat sembuh seperti sedia kala. Aamiiin”
Seperti biasa Sang moderator mengatur kuliah WA dengan mengingatkan, “Baiklah, untuk mengkondisikan acara ini, bagi yang ingin bertanya silakan kirimkan pertanyaan dengan format: nama, alamat dan pertanyaan kirimkan ke 085710996088”. Setelah itu WA dikunci, hanya narasumber yang bisa mengisi dan nanti pertenyaan di akhir sesi akan dimunculkan via WA moderator.
Pak Suparno masih menunaikan salat isya berjamaah di masjid. Sambil menunggu pamateri memberikan paparan seputar menulis biografi, moderator mengelaborasi serta memberikan pengantar teknis. Tulis Bu Aam, “Untuk mempersingkat waktu, saya persilakan narasumber untuk memasuki kelas. Kepada Bapak Suparno, saya berikan waktu sepenuhnya untuk sesi materi. Terima kasih.”
Ungkapan “mempersingkat waktu” sedang diklarifikasi kepada moderator.
Masih tulisan moderator, “Kelas ini di mulai sejak bulan Januari 2020 dan sampai sekarang sudah ada 16 gelombang. Kelas belajar menulis didirikan oleh Omjay atau Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd. Bagi peserta yang baru mengikuti kelas ini, jangan bingung. Kelas belajar ini sangat asyik dan bisa berbagi satu sama lain. Para peserta diwajibkan membuat rangkuman materi atau resume setiap ada narasumber yang memberikan materi atau informasi terkait dunia tulis menulis. Setelah peserta membuat resume, posting ke blog.”
Setelah menunggu beberapa saat, muncul narasumber yang ditunggu, dan langsung menulis, “Sahabat guru hebat Indonesia yang baik hati mohon panjenengan harus menunggu beberapa saat, saya baru pulang dari Masjid. Sebelumnya ikut memperkenalkan diri, nama : Suparno, S.Pd., M.Pd. Tempat dan tanggal lahir: Magetan, 25 Juli 1966, alamat: Desa Pojoksari RT 21 RW 3 Sukomoro Magetan. Karier, menjadi Guru 25 tahun. Kepala Sekolah 5 tahun, pensiun insya Allah tahun 2026. Prestasi yang pernah dicapai: Lulus terbaik D-3 IKIP Surabaya tingkat jurusan tahun 89. Lulus terbaik tingkat jurusan S-1, Universitas Wima tahun 1996. Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten tahun 2011 Juara 2. Narasumber Nasional Guru Pembelajar 2016 s.d. 2018. Jejak Literasi:
Perjuangan Hidupku, Telaga Ilmu, 2019, Pranatacara lan Pamedhar Sàbda, Potret Desa Pojoksari, Permasalahan BK di Sekolah, Catatan Harian seorang Kepala Sekolah, Catatan Kepala Sekolah.
Dari berbagai materi yang belum disampaikan oleh Narasumber dalam kelas GWA ini sepertinya adalah menulis buku Biografi. Untuk itu pada kesempatan ini saya mengangkat topik ini.
Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada Omjay Guru "spiritual" saya dalam menulis, saya alumni gelombang 3. Yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk ikut berbagi sharing pengalaman dalam menulis. Semoga Omjay dari hasil labnya negatif, dan bu Kanjeng, Bunda Sri Sugiastuti segera diberikan kesembuhan dari saki typusnya. 'ala hadihinniyah waliridhollohu ta 'ala syaiun lillahi alfatihah!
Biografi berasal dari kata biography artinya riwayat hidup. Sedangkan autobiography adalah riwayat hidup yang ditulis sendiri. autobiography kb. (j. -phies) riwayat hidup yang ditulis sendiri.
Apa manfaat menulis biografi?
1. Mengabadikan riwayat hidup kita, sehingga kalau kita sudah meninggal anak cucu kita, akan mengetahui bahwa kakeknya dulu semasa hidup di dunia ceritanya begini.
2. Dari pengalaman yang baik pada diri kita bisa menjadi pembelajaran bagi orang orang setelah kita. Sehingga menjadi ilmu jariah bagi kita.
3. Menjadi motivasi berprestasi bagi kita, karena suatu saat ingin menambahkan riwayat hidupnya menjadi cerita berprestasi lainnya.
4. Rasanya rugi segudang prestasi yang anda miliki kalau tidak dituliskan akan lenyap ditelan zaman.
Bagaimana memulainya?
Awali dengan membaca biografi orang orang ternama, maka anda akan terinspirasi mengenai gaya penulisannya, lay outnya, dan cerita cerita apa yang penting dituliskannya. Setidaknya bacalah dua buku biografi, lebih banyak lebih baik sehingga Anda bisa membandingkannya mana yang Anda sukai.
Sambil membaca tulisan saya ini boleh sambil meresum, boleh copy paste, tapi redaksinya diubah seolah olah penulisnya Bapak Ibu, tapi tetap katakan pendapat Suparno.
Buku autobiografi saya yang saya tulis tahun 2019 berjudul Perjuangan Hidupku. Saya sebelumnya membaca biografinya Pak Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Kemudian buku teman saya seorang kepala sekolah judulnya Transformasi Kehidupanku. Ini buku biografi Bapak Chairul Tanjung yang dulu pernah sekolah di SMP, SMA Labschool, sekolah tempat Omjay mengajar sekarang. Sekolah terbaik saat itu. Chairul Tanjung termasuk 10 orang terkaya di Indonesia. Dua buku ini saya baca tuntas. Kemudian segera menulis outline.
Itu contoh outline dari buku saya Perjuangan Hidupku. Buku ini setebal 173 halaman. Saya tulis dalam 1 bulan. Karena semuanya pernah saya alami, maka tulisannya mengalir seperti aliran sungai yang jernih di gunung yang belum tersentuh tangan jahat manusia.
Menulis buku autobiografi adalah tingkatan menulis yang paling mudah , karena semuanya sudah dialami atau dilakukan. Jadi, menulislah apa yang kaulakukan, yang kaurasakan, yang kaupikirkan, yang kauimpikan, yang kauhayalkan!
Menulis biografi termasuk apa yang kaulakukan, menulis novel termasuk apa yang kau hayalkan atau fiksi. Menulis fiksi agak sulit karena tidak dilakukan. Disisi lain menulislah apa yang kaukuasai, menulislah yang kausukai. Karena yang dikuasai maka kualitas tulisannya menjadi lengkap, detail dan berbobot. Karena yang disukai maka menulis itu merasa enjoy, senang sehingga kegiatan itu dilakukan secara terus menerus sehingga pekerjaan menulis cepat selesai. Karena yang dusukai maka menulis itu melibatkan rasa dalam hati sehingga bahasanya juga enak dibaca dirasakan dalam hati pembaca.
Setelah membuat outline kemudian membuat jadwal menulis, misalnya setiap hari saya harus menulis satu judul. Dan kita harus disiplin dan konsisten dengan jadwal itu. Tidak ada perkara besar yang bisa diselesaikan dengan tidak disiplin dan konsisten.
Penulis itu memang orang hebat, orang luar biasa. Pemikirannya pasti melampaui kebanyakan manusia. Penulis itu pengetahuannya mendalam sedalam samudra, memiliki wawasan yang luas, seluas jagad raya. Oleh karena itu penulis hebat pasti memiliki kegemaran membaca. JK Rowling penulis buku Harty Potter sejak masa kanak-kanak sudah menjadi kutu buku, karena difasilitasi oleh orang tuanya. Pada usia 11 tahun sudah menulis buku. Penulis itu kadang-kadang dianggap sebagai orang aneh. Kadang rela bajunya sedikit, rumahnya sederhana, mobilnya sederhana, tapi bukunya banyak.
Perlu juga saya sampaikan barangkali bisa memotivasi, istri dan anak saya juga menulis. Ini tulisan istri saya. Buku yang berjudul Catatan Harian Seorang KS ini diberi pengantar guru "spiritual" saya menulis, Omjay. Buku novel anak saya, pernah difilmkan di sekolahnya dapat juara 2
Kembali kepada jadwal menulis, setelah buku ditulis selanjutnya diedit, setelah itu mintakan pendapat teman untuk diedit ulang. Setelah itu kirimkan ke penerbit. Pilih penerbit mana yang menurut penjenengan bisa mengantarkan buku Anda untuk banyak dibaca atau dibeli orang. Cavernya dibuat yang baik sehingga "menjual". Tunggu 15 hari buku anda sudah jadi. Di dalam buku autobiografi tidak usah dicantumkan daftar pustaka, karena di dalamnya berisi riwayat pengalaman hidup pribadi. Seperti halnya novel juga tidak dicantumkan daftar Pustaka karena termasuk cerita fiksi yang terlahir dari daya imajinasi penulis. Silakan sahabat guru hebat Indonesia, membuat outline buku autobiografi 10 poin saja, yang nantinya penting untuk ditulis dalam buku. Termasuk judul bukunya.
Sejak mengikuti GWA menulis ini dua buku yang sudah diterbitkan dan sekarang masih ada 2 judul dalam tahap edit, semoga dalam waktu dekat bisa diterbitkan
Sementara sampai di sini dulu kalau ada pertanyaan disilakan!”
Penanya pertama, Bu Erry dari Bogor, “ 1. Dalam menuliskan autobiografi, apakah pernah menghadapi dilema antara ingin menceritakan pengalaman pribadi dengan sejujurnya atau tidak? Sebagai manusia tentu kita tidak sempurna. Sejauh mana Bapak juga menceritakan kehidupan Bapak tentang ketidaksempurnaan itu dan menuangkannya dalam buku? Boleh tahu alasannya, mengapa? 2. Apa kriteria Bapak tentang buku biografi yang baik? 3. Berdasarkan itu, bagaimana Bapak menilai buku2 biografi yang sudah terbit sejauh ini?”
Dengan hangat juga Pa Parno menulis, “Bu Erry dari Bogor yang baik hati, sisi kelam yang buruk, yang tidak ada nilai edukatifnya tidak usah ditulis. Cerita tidak menyenangkan tapi ada nilai edukatif dan sekiranya bisa menginspirasi pembaca layak untuk ditulis. Kriteria buku biografi yang baik adalah 1. yang selesai dituliskannya dan diterbitkan. 2. Yang ada nilai edukatif. 3. Yang menginspirasi pembaca untuk mengambil keputusan yang membuat dia melakukan terbaik tindakan dan perilakunya. 4. Di situ ada prestasi yang menginspirasi. Buku biografi yang sudah terbit sejauh ini hebat semua, lebih lebih para tokoh, tapi kebanyakan mereka tidak ditulis sendiri.”
Penanya kedua yaitu Didi dari Serang, “1. Saya bukan siapa-siapa, lalu ketika kita buat buku autobiografi, siapa yang mau baca? 2. Saya paling sulit disiplin, apalagi menulis. Saya bisa disiplin jika ada konsekuensi, kalau tidak ada rasa malas teman setia. Bagaimana solusinya biar disiplin?”
Langsung Pa Parno menulis, “Pak Didi dari Serang yang baik hati, menulis buku biografi tidak harus hebat dulu, riwayat hidup Bapak dari kesederhanaan, kejujuran, keikhlasan, kedisiplinan, pengorbanan Bapak bisa diangkat jadi topik yang menginspirasi. Kalau tidak ada yang baca setidaknya murid murid Bapak, anak cucu Bapak kelak kemudian hari. 2. Barangkali kita bisa belajar dari orang orang disiplin, dan apa hasil akhirnya. Belajar pada orang orang yang tulus iklas dan bagaimana hasil akhirnya. Seperti pesan Omjay yang dihafal oleh seluruh peserta, ‘menulislah setiap hari dan buktikan apa yang akan terjadi.’. Saya dulu seorang guru BK, yang banyak orang tidak menganggap penting, saya datang awal pulang akhir, saya tekuni profesi ini, tahun 2015 nilai UKG saya 92. Akhirnya terpilih sebagai narasumber nasional, Diklat di Makassar, di Bali, menatar di Bandung, Surabaya, naik pesawat gratis dibiayai negara.”
Muncul lagi penanya berikut, Ibu Min Hermina, dari SMPN 1 Cikampek Karawang Jabar, “Senang sekali membaca biografi bapak. Bagaimana cara memasarkan buku biografi agar orang mau membeli kisah kita?”
Pak Parno menjawab pertanyaan Bu Min, “Ibu Min Hermina dari Cikampek yang baik hati, cara memasarkan buku 1 dibantu penerbit, 2. di MKKS dengan saling membeli karya guru antarsekolah dari anggaran BOS, untuk koleksi perpustakaan, 3 lewat FB, Murid murid saya alumni dan lain-lain.”
Penanya dari Luar Jawa ada Tri sutrisno, Kepri, “Izin bertanya Bapak! Bagaimana langkah awal kita dalam menulis novel agar tulisan kita tidak terputus di tengah jalan atau tidak menemukan endingnya. Mohon berbagi kiat-kiat jitunya. Terimakasih!”
Tulis Pak Parno, “Sebenarnya jujur saya belum pernah menulis novel Bapak, Novel Halo itu karya anak saya. Menurut saya sebelum menulis novel kita harus membaca banyak novel, lebih mendukung lagi kita melakukan perjalanan ke luar kota misalnya, makin banyak membaca, makin banyak berkunjung ke berbagai kota, berbagai negara, membuat mata air menulis kita tak pernah mati.”
Menyusul penanya berikut Suyati dari Purbalingga Jateng, “ 1. Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menulis biografi selain outline Pak? 2. Menarik sekali sekeluarga kompak menulis. Apa resepnya hingga terbentuk literasi keluarga yang ok seperti itu? 3. Bagaimana mengatasi "pandangan aneh" orang lain terhadap penulis yang Bapak ceritakan supaya tetap konsisten jadi penulis?”
Menjawab pertanyaan Bu Suyati yang baik hati , pertanyaan yang super sekali
1. Semangat.
2. Istiqomah dalam menulis. 3. Segera menulis.
4. Foto foto pendukung yang mungkin masih terserak.
Istri saya juga guru, Ketika saya menulis, dia ingin juga menulis, disamping ada angka kreditnya untuk kenaikan pangkat.
Anak saya, saya motivasi disaat liburan menulislah, saya beri hadiah Laptop ketika SMP kelas 8.
Novelnya pernah di sarasehan-kan, dapat apresiasi dari Bapak Bupati, dapat hadiah 1.5 juta, tambah senang menulis lagi.
Tidak usah ditanggapi, pandangan aneh-aneh itu, nanti energi kita habis, tulisan kita diblog misalnya, dibaca orang atau tidak, gak masalah, gak usah berharap apa apa, pokoknya menulis. Menurut matematika 1/0 itu hasilnya tak terhingga.
Menurut agama amalan yang ikhlas itu pahalanya 10 x ,70 x, 700 x berapa kali saja sesuai kehendak Allah.”
Nun jauh penanya berikut datang dari Nizariah, Aceh. “Saya sangat tertarik untuk baca buku 1. Perjuangan Hidupku, 2. Catatan Seorang Kepala Sekolah. Bagaimana cara mendapatkannya dan berapa harganya?”
Mendapat order atau pesanan bukunya, Pak Parno sigap menulis, “Ibu Nizariah Saudaraku dari Aceh yang baik hati, Pejuangan Hidupku Rp65.000 + Ongkir, Catata Seorang KS, Rp50.000 + Ongkir, terimakasih atas perhatian dan pesananya!”
Kembali ke Jawa, Ida dari Tegal bertanya, “Saya tertarik pada materi Bapak tentang autobiografi. Saya pernah menulis tentang perjalanan bisnis orang tua saya di tahun 2012. Apakah itu juga bisa menjadi sebuah karya biografi?”
Dengan tetap semangat, Pak Parno menulis jawaban, “Bu Ida dari Tegal yang baik hati, tetangganya pak Dalang Enthus Susmono ya Bu? Bisa Bu tapi sebaiknya dilengkapi dari awal, misalnya kehidupan di waktu kecil, remaja, merintis bisnis, kendala kendalanya dan sebagainya. Tapi buku autobiografi yang ada nilai angka kreditnya adalah yang nenceritakan perjalanan menjadi pendidik. Perjalanan menjadi pengusaha tidak bisa dinilaikan angka kredit, untuk kenaikan pangkat.”
Penanya berikut dari Timur ada Astuti, Palu, Sulawesi Tengah, “1. Bisakah kita menuliskan kisah hidup orang lain? 2. Kalau untuk kenaikan pangkat, apakah buku itu bermanfaat bagi tokoh yang saya kisahkan?”
Dengan sabar Penulis Biografi ini menjawab, “Menulis kisah hidup orang lain itu namanya biografi. Bisa Bu Astuti, seperti pak Chairul Tanjung itu penulisnya Tjahya Gunawan Direja, seorang wartawan kompas. Biografinya Bu Fatmawati, yang menulis Mahasiswa S-2 UGM. 2. Tidak bisa, tapi bermanfaat untuk Ibu”
Kembali ke Jawa Barat, ada Bu Ai Setiawati M.Pd, SMPN 1 Sukatani, Kab. Purwakarta, “ Pak, saya dari kecil senang menulis terutama di buku diary, itu bisa dijadikan biografi? Bagaimana cara mempertahankan mood menulis Pak? Saya banyak tulisan tapi belum berani ditampilkan.”
Tulisan lewat WA Pak Parno, “Bu Ai Setiawati yang senang menulis sejak kecil, yang dituliskan dalam biografi yang ada nilai edukatif, keteladanan, bisa menginspirasi pembaca saja Bu, jadi yang penting-penting saja Ibu. Cara mempertahankan mood menulis, 1. Doa, 2. Bergabunglah dengan para penulis, 3. Yakinlah bahwa yang dilakukan ibu itu tidak sia sia. Ditampilkan saja di blog ibu, di grup ini luar biasa, tidak ada yang mencela tulisan teman, semuanya memotivasi, menyemangati satu sama lain. Betul-betul memiliki akhlaqul karimah semua.”
Sudah banyak yang bertanya dan dengan senang hati Pak Parno menjawabnya terbukti ada tulisan “yang baik hati” hampir dari setiap paparan. Tiba saatnya Penulis Biografi dan dari keluarga yang senang menulis ini mengakhiri paparan. “Mari menuliis buku autobiografi senyanpang hayat masih dikandung badan. Kadang-kadang banyak manusia ingin mengetahui kisah kita setelah kita tiada. Banyak tokoh penting yang namanya menjadi tenggelam ditelan zaman karena tidak memiliki buku autobiografi.
Buku ini bisa menjadi warisan anak keturunan kita untuk menyatukan mereka dalam keluarga dan persaudaraan. Untuk itu lengkapilah jejak literasi Anda dengan menulis buku autobiografi.
Burung irian burung cenderawasih, cukup sekian terima kasih!” ***
Mantaap tulisannya lengkap sekali. Semangat Pak...
BalasHapusTerima kasih resumenya bagus, lengkap
BalasHapusSaya suka baca materi pak Suparno 👍 dekat dengan kehidupan kita sesungguhnya. Semangat berbagi dan berkarya 👋
BalasHapus